Judul Buku : Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru
Pengarang : Muhibbin
Syah
Penerbit : Remaja
Rosdakarya (Bandung)
Tahun Terbit : 2008
ISBN : 979-514-672-6
Tebal Buku : 267 hal
Pendidikan adalah: “usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara” (UU No.20 Tahun 2003). Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya
pendidik yang professional yakni guru dan dosen. Pengetahuan yang perlu
dikuasai oleh guru atau calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan dengan
pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam
suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini.
Belajar sering dihubungkan dengan kegiatan siswa ketika menjalani proses pembelajaran (perilaku mempelajari materi) baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kegiatan mengajar dikaitkan dengan kegiatan guru khususnya ketika berada ditengah-tengah proses belajar mengajar (PBM). Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat yang tidak mungkin untuk dipisahkan. Psikologi pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah pendidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal yang bersifat kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan belajar-mengajar. Belajar dan mengajar bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan yang terpenting adalah penanaman nilai-nilai moral dari proses belajar mengajar itu sendiri.
Pada hakikatnya bahwa pengajaran
memiliki signifikansi yang vital dalam proses pendidikan. Hal ini
tampak konsep-konsep ideal (pendidikan dan operasional (pengajaran) sama-sama
berfungsi sebagai alat pencetak sumber daya manusia (SDM) dan sama-sama
menciptakan SDM yang berkulitas. Bedanya, konsep operasional merupakan
penjabaran dari konsep ideal, oleh karenanya pengajaran berhubungan langsung
dengan fungsi dan tujuan , yang dituangkan sang penulis ke dalam bukunya. Buku
yang berjudul Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru merupakan buku yang
membahas secara keseluruhan mengenai belajar-mengajar dibandingkan buku sejenis
yang membahas psikologi pendidikan.
Buku ini ditulis oleh Muhibbin
Syah, seorang penulis produktif yang telah menghasilkan 3 judul buku namun
sudah dicetak berkali-kali. Buku pertamanya, A Competency-based
Reading and Self-study Reference. Buku
Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru pertama kali diterbitkan pada
tahun 1995. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syah dalam kata pengantarnya,
latar belakang penulisan buku ini tak lain sebagai bentuk kepedulian yang
teramat besar dari seorang Syah untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam
memantapkan kualitas kompetensi calon guru dan guru professional pada saat
sekarang ini.
Syah membagi buku ini ke dalam
dua bagian utama, yaitu hal belajar dan hal mengajar dengan berbagai pendekatan
literatur. Dari hal belajar dan mengajar dibagi kedalam beberapa bagian.
Bagian pertama tentang psikologi,
pendidikan, dan pengajaran. Pada bagian ini pembaca diajak untuk merefleksi
tentang belajar dan mengajar dimana Syah mengungkapkan hasil risetnya mengenai
objek dan kajian berupa siswa terutama dalam hal belajar, mengajar dan
belajar-mengajar. Syah menegaskan bahwa prinsip, konsep, dan metode psikologi
pendidikan merupakan landasan berpikir dan bertindak bagi guru dalam mengelola
proses belajar mengajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa.
Bagian kedua mengulas batasan
perkembangan manusia yang meliputi dimensi (cakupan dan ukuran) rohaniah dan
jasmaniah. Kemudian juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan. Perkembangan pada asasnya ialah tahapan perubahan psiko-fisik
manusia yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat. Kemudian dalam
perkembangan tersebut tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya,
Seperti : 1)aliran Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh
besar terhadap aliran pemikiran psikologis; 2) aliran Empirisme adalah
kebalikan dari aliran Nativisme; 3) aliran konvergensi merupakan gabungan
antara aliran Empirisme dengan aliran nativisme. Arti penting perkembangan
kognitif siswa ialah: 1) untuk mengembangkan kecakapan kognitif; 2)
mengembangkan kecakapan afektif; 3) mengembangkan kecakapan psikomotor. Syah
juga menegaskan bahwa proses perkembangan pertimbangan moral menurut teori
Kohlberg meliputi tiga tingkatan: 1) moralitas prakonvensional; 2) moralitas
konvensional; 3) moralitas pascakonvensional.
Bagian ketiga dari buku ini
mengulas tentang belajar . dimana belajar pada asasnya ialah: tahapan perubahan
perilaku siswa yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. menurut aliran behaviorisme, setiap
siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari orang tuanya, dan belajar
adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada (S-R theory)
serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan/pembawaan.
Kemudian Syah juga menegaskan bahwa menurut aliran kongnitif, setiap siswa
lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadi basis kegiatan belajar.
Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan merespons atau tidak
terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot. Fase
belajar menurut Bruner, meliputi: 1) informasi (penerimaan materi); 2)
transformasi (pengubahan materi dalam memori); 3) evaluasi (penilaian
penguasaan materi).
Bagian keempat akan berbicara
masalah karakteristik, manifestasi dan pendekatan belajar, jenis-jenis belajar
dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Ciri
khas perubahan dalam belajar meliputi perubahan-perubahan yang bersifat: 1)
intensional (disengaja); 2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha
sendiri); 3) efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya
perubahan baru). Manisfestasi perilaku belajar tampak dalam: 1) kebiasaan; 2)
keterampilan; 3) pengamatan; 4) berfikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir
rasional dan kritis; 6) sikap; 7) inhibisi (menghindari hal yang mubazir); 8)
apresiasi (menghargai karya-karya yang bermutu); 9) tingkah laku yang afektif.
Pada bagian ini Syah menegaskan bahwa Efesiensi belajar ialah konsep yang
mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha belajar dan hasil belajar. Jadi,
ada belajar yang efesien ditinjau dari sudut usaha dan ada pula yang efesien
ditinjau dari sudut hasil. Dalam hal belajar tentu saja ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya meliputi: 1) faktor internal (dari dalam diri siswa); 2) faktor
eksternal ( dari luar diri siswa); 3) faktor pendekatan belajar siswa.
Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: 1)
pendekatan tinggi (speculative dan achieving); 2) pendekatan sedang (analytical
dan deep); 3) pendekatan rendah (reprudctive dan surface).
Bagian ke lima, pada bagian ini
akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan prestasi atau kinerja
akademik (academic performance) dan batas minimal prestasi belajar siswa.
Berbicara masalah prestasi tentu berkaitan dengan evaluasi. Evaluasi disini
adalah penilaian terhadap keberhasilan siswa, yang bertujuan antara lain untuk
mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa, dan berfungsi antara lain
untuk menentukan posisi siswa dalam kelompoknya. Dijelaskan juga bahwa
kesulitan belajar dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik dan
munculnya misbehavior siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang
berkapasitas rendah, karena faktor intern siswa dan ekstern siswa. Untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar tentu ada langkah-langkah yang perlu
dilakukan yaitu: analisis hasil diagnosis, identifikasi kecakapan yang perlu
perbaikan, dan penyusunan program remedial teaching. Dalam penyusunan program
pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut: 1)
tujuan pengajaran remedial; 2) materi pengajaran remedial; 3) metode pengajaran
remedial; 4) alokasi waktu; dan 5) teknik evaluasi pengajaran remedial.
Bagian keenam, akan diuraikan
tentang hal mengajar. Mengajar pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan
seluruh potensi ranah psikologis melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar. Pandangan mengajar
sebagai ilmu yang hanya menekankan pada pentingnya penguasaan guru atas pelbagai
pengetahuan, sedangkan pandangan mengajar sebagai seni menganggap bakat
keguruan lebih penting daripada pengetahuan. Berbicara masalah mengajar tentu
saja tidak lepas dari suatu proses. Proses mengajar disini terdiri atas
tahap-tahap: prainstruksional termasuk kegiatan pre test, instruksional
(penyajian materi), dan evaluasi dan tindak lanjut termasuk kegiatan post test
dan pemberian tugas.
Pada bagian akhir buku ini, Syah
mengajak pembaca untuk memahami interaksi instruksional antara guru
dengan siswa, istilah proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat
daripada proses belajar mengajar (PBM). Alasannya, karena dalam”proses” ini
yang hampir selalu lebih dahulu aktif adalah guru (mengajar) lalu diikuti oleh
aktivitas siswa (siswa) bukan sebaliknya. Syah juga menegaskan hal
lain, yang perlu dimiliki oleh guru adalah kompetensi dan profesionalisme
keguruan yang sampai batas tertentu sering terlupakan oleh para guru.
Kompetensi guru adalah kemampuan dan wewenang guru dalam melaksanakan profesinya,
sedangkan profesionalisme berarti kualitas dan perilaku yang menjadi ciri khas
guru professional. Jadi, guru yang professional ialah guru yang kompeten dan
melaksanakan tugas mengajar sebagai satu-satunya profesi utama yang wajib
dilaksanakan.
Selain memaparkan konsep dan
teori-teori belajar-mengajar, buku ini juga disertai lampiran yang berisi
daftar model, tabel, dan indeks. Dengan lampiran ini pembaca diharapkan dapat
langsung memahami dan mempraktekkan cara belajar dan mengajar dengan pendekatan
teori psikologi pendidikan.
Salah satu kritikan untuk buku
ini, pembaca tidak menemukan daftar kata-kata istilah yang membantu menjelaskan
konsep-konsep yang akan diuraikan. Hal ini berpotensi membuat pembaca jadi
bingung. Selain itu juga pembaca tidak menemukan satu pun ilustrasi/gambar yang
membantu mendekripsikan konsep yang akan diuraikan berkenaan dengan hal
belajar-mengajar. Namun Syah memiliki pertimbangan lain, menganggap
semua pembaca dapat memahami secara keseluruhan konten buku tanpa memperhatikan
level-level kemampuan yang membaca buku tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar